Iklan

Kamis, 19 Januari 2012

TIPITAKA


Tripiṭaka (bahasa Pali: Tipiṭaka; bahasa Sanskerta: Tripiṭaka) merupakan istilah yang digunakan oleh berbagai sekte Buddhis untuk menggambarkan berbagai naskah kanon mereka.[1]. Sesuai dengan makna istilah tersebut, Tripiṭaka pada mulanya mengandung tiga "keranjang" akan berbagai pengajaran: Sūtra Piṭaka (Sanskrit; Pali: Sutta Pitaka), Vinaya Piṭaka (Sanskrit & Pali) dan Abhidharma Piṭaka (Sanskrit; Pali: Abhidhamma Piṭaka).
Sutta Piṭaka (suttapiṭaka; or Suttanta Pitaka; cf Sanskrit सूत्र पिटक Sūtra Piṭaka) adalah bagian kedua dari tiga bagian Tipitaka, kitab suci agama Buddha. Sutta Piṭaka berisikan lebih dari 10.000 sutta (ajaran) berisikan khotbah-khotbah, dialog dan tanya jawab Buddha Gautama dengan para siswa, petapa maupun orang lain.
Sutta Pitaka terdiri atas 5 kumpulan (nikaya) atau buku, yaitu:
  1. Digha Nikāya
  2. Majjhima Nikāya
  3. Saṁyutta Nikāya
  4. Aṅguttara Nikāya
  5. Khuddaka Nikāya
Dīgha Nikāya
Dīgha Nikāya (dīghanikāya; "Kumpulan Diskusi-diskusi Panjang") merupakan naskah Buddhis, kumpulan pertama dari lima nikaya, atau kumpulan, dalam kelompok Sutta Pitaka, yang merupakan kitab pertama dari "tiga keranjang" yang membentuk Tipitaka bahasa Pāli dari mazhab Theravada. Beberapa sutta yang seringkali dipakai sebagai rujukan adalah Mahaparinibbana Sutta [DN 16], yang menjelaskan saat-saat terakhir dan kematian Buddha; Sigalovada Sutta [DN 31], dimana Buddha menjelaskan tata-cara dan pelaksanaan kepada orang awan ; dan Samaññaphala Sutta [DN 2], Brahmajala Sutta [DN 1] yang menjelaskan dan membandingan sudut pandang Buddha dengan petapa lain di India mengenai alam dan waktu (masa lalu, masa kini dan masa mendatang); dan Potthapada [DN 9] yang menjelaskan manfaat dan pelaksanaan meditasi samatha.
Bagian
Dīgha Nikāya terdiri dari 34 kumpulan diskusi-diskusi yang dibagi menjadi tiga kelompok:
  • Silakkhandha-vagga — Bagian mengenai Moralitas (sutta 1-13); dinamai dari risalah moral bhikkhu-bhikkhu yang tertulis dalam setiap setiap sutta-suttanya (dalam teori; dalam kenyataannya tidak tertulis lengkap); sebagian besar menuju kepada jhana (pencapaian utama dalam meditasi samatha), pengembangan kemampuan batiniah dan menjadi seorang arahat
  • Maha-vagga — Pembagian Agung (sutta 14-23)
  • Patika-vagga — Pembagian Patika (sutta 24-34)

Beberapa di antara Sutta-sutta yang terkenal adalah:
"Jala para Brahma" Sang Buddha bersabda bahwa Beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. Ia memberikan sebuah daftar berisi 62 bentuk spekulasi mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.
  • Samannaphala Sutta: "Pahala yang dimiliki oleh tiap pertapa". Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Sang Buddha, Beliau menerangkan keuntungan menjadi seorang Bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat.
  • Ambattha Sutta: Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha.
  • Sonadanda SuttaKualitas Brahma sejati
  • Kutadanta Sutta: Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian.
  • Mahali Sutta: Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi dari pada ini adalah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna.
  • Kassapasihanada Sutta: Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri.
  • Tevijja Sutta: tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma.
  • Mahapadana Sutta: Penjelasan Sang Buddha mengenai 6 orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran.
  • Mahanidana Sutta: mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.
  • Mahaparinibbana Sutta: cerita tentang hati-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik.
  • Sakkapanha Sutta: Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan 10 persoalan dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan.
  • Maha Satipatthana Sutta: Khotbah mengenai 4 macam meditasi (mengenai badan jasmani, perasaan, pikiran dan Dhamma) disertai penjelasan mengenai 4 Kesunyataan.
  • Payasi Sutta: Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di surga dan melihat keadaannya.
  • Pitika Sutta: cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula banda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.
  • Cakkavattisihanada Sutta: cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta tentang Buddha Metteyya yang akan datang.
  • Aganna Sutta: perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya.
  • Sampasadaniya Sutta: percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Sang Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa.
  • Lakkhana Sutta: Penjelasan mengenai 32 tanda "Orang Besar" (Raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi 20 bagian; tiap bagian dimulai dengan "Disini dikatakan".
  • Sigalovada Sutta: Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Ia menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu adalah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, guru, sahabat dan lain-lain).
Majjhima Nikāya
Majjhima Nikāya merupakan salah satu bagian dari Sutta Piṭaka yang memuat khotbah-khotbah menengah atau yang memiliki panjang sedang. Kitab ini terdiri atas 152 sutta, yang terbagi menjadi tiga bagian (biasa disebut paṇṇāsa atau Rangkaian Lima Puluh). Pada setiap paṇṇāsa, sutta-sutta tersebut dibagi lagi menjadi 10 sutta tiap vagga (bab). Tetapi untuk vagga terakhir terdiri atas 12 sutta.
Mūlapaṇṇāsapāḷi
Mūlapaṇṇāsapāḷi : disebut juga Bagian Pertama — Lima Puluh Ceramah Mula-mula
Majjhimapaṇṇāsapāḷi
Majjhimapaṇṇāsapāḷi : disebut juga Bagian Kedua — Lima Puluh Ceramah Menengah
Uparipaṇṇāsapāḷi
Uparipaṇṇāsapāḷi : disebut juga Lima Puluh Ceramah Akhir
Saṁyutta Nikāya
Samyutta Nikaya merupakan buku ketiga dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta (menurut "An analysis of the Pali Canon" [wheel no.217/218/219/220] ada 2.889 sutta). Buku yang aslinya ditulis dalam bahasa Pali ini dibagi menjadi lima vagga utama dan 56 bagian yang disebut Samyutta.
  • Sagāthā Vagga - Buku Syair-Syair
  • Nidāna Vagga - Buku Tentang Asal Mula
  • Khandha Vagga - Buku Tentang Kelompok-Kelompok Unsur Kehidupan
  • Saḷāyatana Vagga - Buku Tentang Enam Landasan Indria
  • Mahā Vagga - Buku Besar

Beberapa Samyutta di antaranya sebagai berikut:
  • Mara: perbuatan-perbuatan bemusuhan dari Mara terhadap Sang Buddha dan para siswaNya.
  • Bhikkhuni: bujukan yang tidak berhasil dari Mara terhadap para bhikkuni dan perbedaan pendapatnya dengan mereka.
  • Brahma: Brahma Sahampati memohon Sang Buddha untuk membabarkan Dhamma kepada dunia.
  • Sakka: Sang Buddha menguraikan sifat-sifat Sakka, Raja para Dewa.
  • Nidana Samyutta: penjelasan mengenai Paticcasamuppada (doktrin sebab musabab yang saling bergantungan).
  • Abhisamaya: dorongan untuk membasmi kekotoran batin secara tuntas.
  • Khandha Samyutta: kumpulan unsur, fisik dan mental yang membentuk individu.
  • Kilesa: kekotoran batin muncul dari enam pusat indria dan kesadaran indria.
  • Vedana: tiga jenis perasaan dan sikap yang benar terhadap perasaan itu.
  • Citta: alat indria dan obyeknya pada hakekatnya tidak jahat, melainkan kehendak-kehendak tidak baik yang timbul melalui kontak mereka.
  • Asankhata: tidak terbentuk (Nibbana)
  • Magga Samyutta: jalan beruas delapan.
  • Bojjhanga: tujuh faktor Penerangan Agung.
  • Satipatthana: empat dasar kesadaraan.
  • Indriya: lima kemampuan
  • Sammappadhana: empat macam usaha benar.
  • Bala: lima kekuatan.
  • Iddhipada: empat kekuatan batin.
  • Anuruddha: kekuatan-kekuatan gaib yang dicapai oleh Anuruddha melalui kesadaran.
  • Jhana: empat jhana
  • Anapana: kesadaraan dari pernapasan.
  • Sotapatti: gambaran tentang seorang "penakluk arus".
  • Sacca: empat kesunyataan mulia.


Anguttara Nikaya
Anguttara Nikaya (dalam bahasa Pali: Aṅguttara Nikāya), merupakan buku keempat dari Sutta Pitaka yang terdiri dari sebelas kelompok, merupakan salah satu dari "Tiga Keranjang" yang terdapat pada Tipitaka (Buddhisme Theravada). Anguttaka Nikaya terdiri dari beberapa ribu[1] sutta yang disusun dalam sebelas buku (nipata).
Anguttara Nikaya selaras dengan Ekottara Agama ("Ceramah Satu Peningkatan") yang didapati dalam Sutta Pitaka dari berbagai naskah berbahasa Sanskerta pada awal Buddhisme, sebagian masih ada dalam berbahasa Sanskerta. Kumpulan lengkap didapati dalam terjemahan bahasa Cina oleh seseorang bernama Zēngyī Ahánjīng (增一阿含經)
Pembagian
Kelompok-kelompok yang diklasifikasikan (Nipata) dibagi berdasarkan nomor.
  1. Buku Kumpulan Satu - Ekaka-Nipata;
  2. Buku Kumpulan Dua - Duka;
  3. Buku Kumpulan Tiga - Tika;
  4. Buku Kumpulan Empat - Catukka;
  5. Buku Kumpulan Lima - Pancaka;
  6. Buku Kumpulan Enam - Chakka;
  7. Buku Kumpulan Tujuh - Sattaka;
  8. Buku Kumpulan Delapan - Atthaka;
  9. Buku Kumpulan Sembilan - Navaka;
  10. Buku Kumpulan Sepuluh - Dasaka;
  11. Buku Kumpulan Sebelas - Ekadasaka;

Khuddaka Nikāya
Khuddaka Nikāya merupakan lima nikaya, atau kumpulan, terakhir dalam "keranjang" Sutta Piṭaka; salah satu "keranjang" yang membentuk Tipitaka ("Tiga Keranjang") dalam mazhab Theravada. Nikaya ini berisikan limabelas (Thailand), tujuhbelas (Sri Lanka) atau delapan belas (Myanmar) dalam beragam edisi yang ditujukan kepada Buddha dan pemimpin pengikutnya.
Kelompok Khuddaka Nikāya
  1. Khuddakapatha — Bagian-bagian Singkat
  2. Dhammapada — Kata-kata dari Dhamma
  3. Udāna — Pengutaraan Buddha pada saat-saat tertentu. Terdiri dari 80 Udana yang dibagi dalam delapan vagga.
  4. Itivuttaka — Kumpulan syair-syair yang dimulai dengan iti vuccati, “demikian dikatakan”. Berisikan ajaran-ajaran etika dari Buddha
  5. Suttanipāta — Kumpulan Sutta. Terdiri dari 71 sutta yang dibagi dalam lima vagga
  6. Vimānavatthu — Cerita mengenai Rumah di Surga
  7. Petavatthu — Cerita mengenai Setan Pengembara (peta)
  8. Theragātha — Syair tentang "Bhikkhu Senior" (thera) yang berisikan 107 syair (1.279 gatha)
  9. Therigātha — Syair tentang "Bhikkhuni Senior" (their) yang berisikan 73 syair (522 gatha)
  10. Jataka — Cerita Kelahiran
  11. Niddesa — Bentangan. Terbagi dalam 2, yakni : (I) Mahaniddesa, ulasan mengenai Atthakavagga ; (II) Culaniddesa, ulasan mengenai Parayanavagga dan Khaggavisana Sutta. Nidesa ini juga diulas dalam Saddhammapajjotika dari Upasena dan dihubungkan dengan Sariputta.
  12. Patisambhidamagga — Jalur Perbedaan. Sebuah analisis mengenai konsep "Abhidhamma"
  13. Apadana — Kisah mengenai kehidupan lampau 550 bhikkhu dan 40 bhikkhuni
  14. Buddhavamsa — Riwayat Para Buddha
  15. Cariyapitaka — Keranjang Tingkah Laku. Berisikan cerita 35 (tiga puluh lima) kehidupan Buddha dalam bentuk syair.
Kitab-kitab dibawah ini hanya termasuk dalam Tipitaka edisi berbahasa Myanmar.








Vinaya Piṭaka
Vinaya Pitaka adalah bagian pertama dari tiga bagian Tripitaka, kitab suci agama Buddha. Bagian ini berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni yang terdiri atas 3 bagian:
  • Sutta Vibhanga
  • Khandhaka
  • Parivara
Sutta Vibhanga
Kitab Sutta Vibhanga berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni, terdiri dari:
  • Bhikkhu Vibhanga - berisi 227 peraturan yang mencakup 8 jenis pelanggaran, di antaranya terdapat 4 pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya seorang Bhikkhu dari Sangha dan tidak dapat menjadi Bhikkhu lagi seumur hidup. Keempat pelanggaran itu, adalah berhubungan kelamin, mencuri, membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri, dan membanggakan diri secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan-kekuatan batin luar biasa yang dicapai. Untuk ketujuh jenis pelanggaran yang lain ditetapkan hukuman dan pembersihan yang sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang bersangkutan.
  • Bhikkhuni Vibhanga - berisi peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih banyak.
Khandhaka
Kitab Khandhaka terbagi atas:
  • Kitab Mahavagga - berisi peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara pentahbisan Bhikkhu; upacara uposatha pada saat bulan purnama dan bulan baru di mana dibacakan Patimokha (peraturan disiplin bagi para Bhikkhu); peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan (vassa); upacara pada akhir vassa (pavarana); peraturan-peraturan mengenai jubah, peralatan, obat-obatan dan makanan; pemberian jubah Kathina setiap tahun; peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu yang sakit; peraturan tentang tidur; peraturan tentang bahan jubah; tata cara melaksanakan Sanghakamma (upacara Sangha); dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan.
  • Kitab Culavagga - berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran; tata cara penerimaan kembali seorang Bhikkhu ke dalam Sangha setelah melakukan pembersihan atas pelanggarannya; tata cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul; berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, pengenaan jubah, menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya; mengenai perpecahan kelompok-kelompok Bhikkhu; kewajiban-kewajiban guru (acariya) dan calon Bhikkhu (samanera); pengucilan dari upacara pembacaan Patimokkha; pentahbisan dan bimbingan bagi Bhikkhuni; kisah mengenai Pasamuan Agung Pertama di Rajagaha; dan kisah mengenai Pasamuan Agung Kedua di Vesali.
Parivara
Kitab Parivara memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
Abhidhamma Piṭaka
Abhidhamma Piṭaka adalah kitab yang berisikan tentang uraian mengenai filsafat, metafisika dan ilmu jiwa Buddha Dhamma, yang terdiri dari 42.000 Dhammakhandha (pokok Dhamma), yang terbagi menjadi:
  1. Dhamma sangaṇī
  2. Vibhanga
  3. Dhātukathā
  4. Puggala paññatti
  5. Kathāvatthu
  6. Yamaka
  7. Paṭṭhana
Dhamma sangaṇī
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kitab Dhammasangani secara garis besar terdiri dari Tiga induk topik 22(Tikamatika 22) , Abhidhammadukamatika 100 , Suttantikadukamatika 42.
Berikut ini isi dari Tiga induk topik 22 (Tikamatika 22) :
  1. Semua keadaan baik yang menghasilkan kebahagian (Kusala dhamma),Semua keadaan yang tidak baik yang menghasilkan penderitaan (Akusala dhamma) ,Semua keadaan yang netral ,bukan baik dan bukan tidak baik (Abyakata Dhamma).
  2. Semua keadaan yang bersekutu dengan perasaan senang () ,Semua keadaan yang bersekutu dengan perasaan derita() ,Semua keadaan yang bersekutu dengan perasaan acuh tak acuh (Upekkha vedana) yaitu bukan bahagia maupun bukan derita ()
  3. Semua keadaan yang menjadi hasil ( Vipaka Dhamma) ,Semua keadaan yang menimbulakan hasil (Vipaka Dhamma Dhamma) ,Semua keadaan yang bukan menjadi hasil dari akusala dan akusala dan tidak menimbulkan hasil (Nevavipakanavipakadhamma)